Ruang
Saya mengandalkan ruang, yang riuh sekaligus senyap. Saya mengandalkan ruang, yang beku sekaligus patah. Ruang, sebagaimana Sjahrir tak temukan dalam studinya, tak temukan dalam filsafat. Ruang yang akhirnya ia temukan pada Maria Duchateau. Ruang demikian, saya betul-betul berharap. Ruang yang lekas menjadikan saya berarti.
Barangkali ruang itu masih tertutup. Barangkali ruang itu belum terbuka. Setidaknya, kini saya tahu, di mana ruang itu. Ruang yang membuat maskulinitas saya rapuh. Ruang yang membuat rasionalitas saya rapuh.
Tetapi saya menghendaki, tetapi saya mengupayakan, tetapi saya terus berdoa. Saya ingin terkuras dengan letih. Saya ingin terkuras dengan waktu. Sampai kapanpun. Sampai kapan pun.